JAKARTA – Malware di Sistem Operasi (OS) Windows yang berbahaya berhasil ditemukan. Para peneliti keamanan siber dari Check Point menyebut, malware beraksi dengan menggunakan teknik licik untuk menghindari deteksi virus.
Dilansir dari TechRadar, Sabtu (3/9/2022), malware baru ini nantinya akan berfungsi sebagai penambang kripto. Dilaporkan, telah masuk ke banyak perangkat Windows dan menyebar ke seluruh dunia.
Laporan Check Point menunjukkan, malware diselundupkan ke dalam berbagai aplikasi yang tampak sah, didistribusikan melalui pasar online, termasuk yang menyamar sebagai klien resmi Google Translate.
Malware yang dijuluki sebagai crptominers itu, disembunyikan dalam beberapa aplikasi yang tampak sah yang terdaftar di Softpedia, gudang perangkat lunak gratis, dengan nama penulis Nitrokod Inc.
Setelah diunduh, aplikasi menunda pemasangan komponen berbahaya hingga satu bulan, dalam upaya untuk menghindari antivirus dan filter perlindungan titik akhir. Rupanya, teknik ini membuat operasi tidak terdeteksi selama bertahun-tahun.
Meskipun malware tidak bisa mencuri data atau mengenkripsi file, seperti ransomware, namun malware akan membuat perangkat yang terinfeksi menjadi sangat lelet karena CPU akan digunakan untuk aktivitas penambangan kripto.
Diuraikan bahwa malware telah merugikan lebih dari 10.000 orang. Mereka bahkan tidak pernah sadar perangkatnya telah terinfeksi karena malware pintar bersembunyi dan tidak menimbulkan tanda-tanda apapun.
Check Point menyarankan, kepada para pengguna web untuk mengunduh aplikasi secara resmi dari toko aplikasi terkemuka, seperti Google Play atau Windows Store. Bagi yang terlanjur mengunduh, diharapkan segera copot aplikasi.
(amj)